Menilik Produktivitas Para Disabilitas di Tengah Pandemi

pada Jum'at, 13 November 2020
  • Berita Online

Seputarmuria.com, PATI – Jawa Tengah – Memiliki sebuah keterbatasan tidak serta merta membuat para anggota Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kabupaten Pati enggan berpangku tangan.

Meskipun di tengah pandemi Covid – 19 sejak bulan Maret 2020 lalu, mereka senantiasa berupaya menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan yang positif dan produktif. Meskipun awalnya sempat bingung karena perekonomian yang mengalami masalah, mereka justru berhasil bangkit kembali.

Adapun kegiatan produktif yang mereka lakukan di masa pandemi ini ialah membatik. Hal itu disampaikan Ketua PPDI Pati, Suratno saat dikonfirmasi.

Diungkapkan oleh Suratno bahwa ia bersama rekan-rekannya sesama penyandang disabilitas mulai belajar membatik pada Januari 2020 lalu.

“awalnya kami bekerja sama dengan Mohammad Hatta Center. Sekitar empat bulan dari awal belajar, kami baru berani produksi kecil-kecilan,” ungkap dia.

Namun tak ada yang menyangka bahwa kegiatan membatik tersebut, sempat terhenti pada awal masa pandemi Covid-19 hingga beberapa bulan setelahnya. Dan hal ini pun secara otomatis membuat keresahan bagi mereka.

“Bulan Agustus, teman-teman mulai membatik lagi. Sampai saat ini sudah jadi puluhan lembar bahkan ada yang sudah laku juga. Dibeli masyarakat di sekitar sekretariat. (Kain) batik tulis kami jual antara Rp 200 sampai Rp 250 ribu, kalau yang cap sekitar Rp 100 ribu,” jelasnya.

Untuk tetap menjaga produktivitas di tengah pandemi, ia menyebut, kegiatan membatik rutin dilaksanakan setiap Minggu di Kantor Sekretariat PPDI Pati. Apabila hari Minggu banyak anggota yang berhalangan, kegiatan ini akan diganti hari lain, selama tidak berbarengan dengan kegiatan lainnya.

Yang semula, mereka hanya membuat kain batik, kini mereka mulai menghasilkan produk siap pakai berbahan batik, antara lain dompet, totebag, dan taplak meja. Barang yang dihasilkan pun jumlahnya selalu mengalami peningkatan.

Ia mengatakan, dompet batik ukuran kecil pihaknya jual dengan harga Rp 10 ribu per buah. Adapun dompet batik berukuran besar dengan detail sedikit lebih rumit pihaknya jual dengan harga Rp 15 ribu per buah. Sementara, tote bag batik dibanderol Rp 35 ribu per buah.

Dengan kesibukan ini, Suratno berharap, mudah – mudahan aktivitas membatik tersebut bisa membantu perekonomian penyandang disabilitas di Pati. Khususnya bagi mereka yang perekonomiannya terdampak pandemi Covid – 19.

“Kami tak berhenti memotivasi pada teman-teman, setiap usaha tidak bisa langsung besar. Tetap bertahap, yang penting tekun dan sungguh-sungguh. Tidak dikerjakan setengah-setengah. Itu kuncinya,” pungkasnya. (Er)

The post Menilik Produktivitas Para Disabilitas di Tengah Pandemi appeared first on Seputar Muria.