Penulis: Asroni
Sejarah telah mencatat tentang lamanya Belanda nyantri di Indonesia yakni sekitar 3.5 abad dan waktu tersebut sudah lebih dari cukup untuk pergi mengelilingi seluruh wilayah di Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Namun apalah gunanya karena Belanda di Indonesia hanyalah menjadi santri yang nakal, yakni bertujuan untuk mengeruk seluruh kekayaan sumber daya alam di Indonesia demi memperkaya diri dan untuk menyejahterakan negaranya sendiri.
Di desa Trangkil, kecamatan Trangkil, kabupaten Pati, terbukti Belanda telah menjejakkan kakinya disana. Dapat di lihat dari sisa-sisa pekerjaan Belanda yang masih ada seperti pada benda-benda bersejarah, kendaraan dan kereta lokomotif yang saat ini masih ada di Trangkil. Bukti terbesar Belanda pernah singgah di Trangkil dapat di lihat dari keberadaan Pabrik Gula Trangkil yang masih beroperasi sampai saat ini.
Sejarah singkat Pabrik Gula Trangkil yakni mulai berdiri pada tanggal 2 Desember 1835 di Desa Suwaduk Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati, sekitar 75 km dari Ibukota Provinsi Jawa Tengah dan 11 km dari Ibukota Kabupaten Pati dan dimiliki oleh H. Muller. Pada periode tahun 1838-1841 lokasi Pabrik Gula Trangkil dipindahkan ke Desa Trangkil dan dimiliki oleh PAO Waveren Pancras Clifford. Antara tahun 1841 s.d 1917 kepemilikan Pabrik Gula Trangkil berpindah beberapa kali mulai dari P. Andreas s.d Ny. Ade Donariere EMSDA E. Janies van Herment. Pada tahun 1917-1945 Pabrik Gula Trangkil berubah bentuk menjadi Perseroan NV “Cultuur Maatschappij Trangkil” dan dikelola oleh NV Handel-Landbouw Maatschappij “Tiedeman van Kerchem” yang pada akhirnya seluruh saham dikuasai oleh De Indiche Pensioenfonds van de Javasche Bank.
Antara tahun 1946-1949 Pabrik Gula Trangkil dikelola oleh Badan Penyelenggara Perusahaan Gula Negara. Pada periode tahun 1950-1957 Pabrik Gula Trangkil diserahkan kembali pengelolaannya kepada TVK. Pada tahun 1958-1962 Pabrik Gula Trangkil dinasionalisir pengelolaannya berada di bawah Badan Pimpinan Umum –Perusahaan Perkebunan Gula (BPU-PPN Gula). Pada tahun 1962-1968 PT Pabrik Gula Kebon Agung membeli seluruh saham NV “Cultuur Maatschappij Trangkil”.
Antara tahun 1968-1993 Dengan surat Penetapan Direksi Bank Negara Indonesia Kepemilikan PT PG Kebon Agung sebagai pemegang saham tunggal ditunjuk Yayasan Dana Pensiun dan Tunjangan Hari Tua Bank Indonesia, pengelola PG Trangkil dialihkan dari BPUPPN Gula ke PT Tri Guna Bina selaku direksi PT PG Kebon Agung. Pada tahun 1993 sampai sekarang saham dialihkan kepada Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia (YKK-BI) dan pengelola serta Direksinya adalah Badan Hukum PT Kebon Agung.
Berdasarkan rekam jejaknya Pabrik Gula Trangkil sudah berkali-kali bergonta-ganti kepemilikan saham dan juga sempat berpindah lokasi pula. Mulai berdiri pada tahun 1835 dan masih beroperasi sampai dengan saat ini di tahun 2020, maka sudah hampir kurang lebih 180 tahun-an Pabrik Gula Trangkil beroperasi. Tidak begitu mengejutkan karena sudah menjadi cirri khas orang-orang Belanda kalau membuat bangunan itu tidak tanggung-tanggung, dan membuat bangunan seolah-olah mereka bakal berkuasa di Indonesia untuk selamanya. Rentang waktu yang cukup panjang bagi salah satu pabrik industri, yang pada dasarnya bagi setiap industri pasti juga pernah mengalami masa naik turun dalam hal produksi tak terkecuali Pabrik Gula Trangkil.
Pabrik Gula Trangkil juga pernah mengalami fasa dibawah, yang dimana di namakan sebagai musim paceklik, seperti pada saat musim produksi atau warga Trangkil biasa menyebutnya musim giling namun hasil produksi gula menurun, hal ini dikarenakan beberapa faktor, salah satumya adalah karena terdapat petani tebu yang gagal panen, bisa dikarenakan iklim dan cuaca yang kurang mendukung atau serangan hama dsb. Disamping itu ketika musim produksi sedang dalam kondisi baik maka Pabrik Gula Trangkil dapat memproduksi banyak gula.
Pabrik Gula Trangkil dari dulu himgga saat ini keberadaannya membawa beberapa dampak yang bisa memberi keuntungan maupun kerugian. Salah satu contoh bentuk keuntungan karena keberadaan pabrik ini adalah akan mempengaruhi kesejahteraan para petani dan buruh tani tebu, disamping itu yang namanya pabrik industri pastinya akan memnutuhkan banyak pekerja atau pegawai, begitu pula Pabrik Gula Trangkil ini yang membawa keuntungan dengan menciptakan banyak lapangan pekerjaan. Ada kelebihan tentu ada kekurangan dan kekurangan dari pabrik ini salah satunya adalah limbah asap yang dihasilkan dari proses produksinya yang dapat menyebabkan pencemaran di udara.
Berbicara tentang Pabrik Gula Trangkil tentunya akan ada banyak orang yang memiliki cerita dalam berbagai versi, oleh karena itu kalau ingin mengetahui secara detail mengenai sejarah, lahan, sarana dan prasarana yang di gunakan pabrik ini kita dapat mengeceknya lewat situs resmi yang dikelola oleh pegawai pabrik itu sendiri atau bias di cek di official akun media sosialnya. Tidak hanya tentang sejarah dari pabrik itu sendiri orang-orang tertarik untuk datang, namun juga karena area disekitar kompleks pabrik ramai yang digunakan para penjual untuk berjualan dagangan menjadi minat tersendiri untuk datang, ada yang sekedar berjalan-jalan ataupun nongkrong dengan orang-orang terdekatnya, sehingga membuat lokasi tersebut selalu ramai setiap harinya dari pagi sampai dengan malam hari.
Dari pengalaman dan pengamatan saya pribadi mengenai Pabrik Gula Trangkil ini saya dapat menilai bahwasanya proses dari sebuah pabrik industri juga ikut menentukan kesejahteraan warga disekitarnya, kalau mungkin dulunya ketika pabrik masih dikelola oleh pemerintah Belanda kesejahteraan warga belum tercapai, karena Belanda hanya berupaya untuk memperkaya dirinya sendiri dan warga asli pribumi hanya menjadi pion-pion yang siap dipasang untuk dikorbankan demi kepentingan pemerintah Belanda.
Itu dulu, sekarang kita yang sudah merdeka sudah sepantasnya untuk kita sendiri yang menjadi pengelola atas sumber daya alam kita salah satunya adalah Pabrik Gula Trangkil yang mengolah tanaman tebu yang nantinya menghasilkan gula untuk memenuhi kebutuhan kita, para pecinta kopi tak akan lengkap jika kopinya kurang gula, para pecinta teh tak akan bisa menikmati teh nya tanpa gula dan segala jenis makanan maupun minuman yang menggunakan gula sebagai bahan utama maupun bahan tambahan untuk membuatnya pasti akan merasa ada yang kurang dari makanan atau minuman tersebut bila tanpa gula.
Terakhir, walaupun memang benar bahwa Pabrik Gula Trangkil didirikan oleh Belanda bukan berarti kita tidak bisa memanfaatkannya karena untuk membangun pabrik tersebut tentunya juga hasil dari jerih payah tetes warga sekitar yang diperas keringatnya setiap hari. Mari kita ambil permata dari air yang keruh, mari kita kelola kekayaan kita secara penuh dan sebaik-baiknya agar bermanfaat untuk banyak orang. Seperti halnya PG Trangkil yang keberadaannya memberikan efek positif, seperti itulah seharusnya kita menjadi manusia yang memberi manfaat bagi yang lain.
(*)
Baca artikel lengkap Ada Belanda di Trangkil Kabupaten Pati