Berkonsep Kerja Sambil Ibadah, Pengusaha Franchise Cilok Dara dari Pucakwangi Kini Miliki 150 Mitra di 5 Kabupaten

pada Selasa, 20 Oktober 2020
  • Berita Online

WARTAPHOTO.net. PUCAKWANGI. Satu persatu tangan terampil terbungkus sarung tangan plastik mencubit adonan tepung. Ditekannya bagian tengah, diberi adonan isi lalu digulung menjadi bulatan-bulatan menyerupai bakso. Sesekali terdengar obrolan yang meski tertutup masker kain namun masih jelas mereka membicarakan rumpian berbagai hal khas masyarakat pedesaan. Tak butuh waktu lama, datang seorang lainnya mengambil tampah anyaman bambu yang telah terisi penuh lalu menggantinya dengan yang kosong. Seperti inilah aktivitas pagi di rumah produksi cilok  dara di Pelemgede Pucakwangi Pati.

Tak disangka, cilok dara yang viral dan ada dimana-mana ternyata diproduksi di Desa Kudur RT 2 RW 5 (Pelemgede) Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Meski di pinggiran namun ternyata omzet dan cabangnya sudah mencapai 5 Kabupaten.

“Kalau untuk mitra, saat ini sudah sekitar 150 mitra yang bergabung dengan dara franchise. Semarang ada 60 mitra, Demak ada 20 mitra, Lasem dan Rembang 9 mitra, Pati utara yakni Cluwak hingga Jepara kita punya 85 mitra. Itu juga baru satu dua bulan bergabung. InsyaAllah akan terus kita kembangkan, kalau bisa ya ke seluruh Indonesia. Tapi saat ini kami fokus di Jateng dulu,” tutur Prisdianto (48th), owner franchise yang menjual cilok dan pempek ini.

Koordinasi untuk mitra di luar daerah dipegang oleh masing-masing agen. Namun khusus untuk kabupaten Pati, dirinya masih memegang langsung.

Salah sati yang unik adalah sistem franchise yang bahkan bisa dimulai dengan nol rupiah. “Itu sudah kami fasilitasi pinjam pakai gerobak, lengkap dengan peralatan seperti panci, wajan, tabung gas beserta regulatornya, bahkan hingga plastik kecil kemasan jual hingga tempat saos kecap dan bubuk cabe. Singkatnya, tinggal menghangatkan saja, langsung siap jual,” terangnya.

Selama masih bergabung sebagai mitra, fasilitas tersebut bebas digunakan. “Sebetulnya seperti ini, modal awal yang mau bergabung itu hanya 200 ribu. Mitra tinggal kulaan cilok dan pempek satu paket berisi  550 butir senilai 200 ribu sudah termasuk saos kecap dan bubuk cabe. Namun, khusus mereka yang kurang mampu kami tidak menarik sepeserpun diawal. Yang penting orangnya jujur, niat jualan, bisa langsung bergabung. Jika sudah dapat uang, baru disetor. Kan kita juga selain usaha juga bisa sekalian ibadah. Bantu-bantu orang supaya bisa menghidupi keluarganya tanpa membebani. Semoga berkah,” imbuhnya.

Bisnis franchise tak dijalankan sendiri. Istrinya yakni Nani Variani menjaga konsistensi cita rasa cilok dara yang dikenal kenyal, enak, dengan tekstur yang khas. Kedua anaknya yakni Dana dan Rani juga dilibatkan dalam menjalankan usaha franchise ini. Mereka bekerja sama saling melengkapi pada bidang masing-masing.

Meski demikian, tak berarti usaha ini tanpa hambatan. Rani, putrinya menceritakan kisah kendala dalam penerapan mitra nol rupiah ini.

Prisdianto dan Nani, owner cilok dara franchise

“Kita sistemnya pas awal kan tidak pilih-pilih, niatnya juga sekalian bantu-bantu orang.  Tapi kok ada beberapa mita yang malah memanfaatkan aji mumpung. Ada saja alasannya, missal saat setor bilang barang belum habis, pergi ke luar kota, hingga uangnya dipakai untuk keperluan lain. Sistem ini kita perbaiki. Tetap ada yang menjadi mitra nol rupiah namun kita survey sendiri kerumahnya, lebih selektiflah istilahnya. Ada juga kok yang berhenti kerjasama tapi gerobaknya tidak kembali,” ungkapnya.

Kaitannya survey ini, pihak manajemen franchise cilok dara ingin memastikan calon mitra betul-betul minat apa tidak, kemudian jenis gerobak apa yang dibutuhkan, apakah gerobak motor, gerobak dorong atau gerobak mangkal. Kemudian setelah gerobak jadi, diantar kerumah mitra, dibimbing cara penyajian, cara penyiapan, cara penyimpanan yang baik supaya kualitasnya terjaga.

“Biasanya dua atau tiga hari sudah lancar,” kata pria yang akhirnya bersedia menyebut laba bersih pada kisaran 300 juta rupiah.

Salah satu sahabat dari Prisdianto adalah Rustanto Ega Jaya yang sama-sama anggota sekaligus  komunitas ayo peduli.

“Alhamdulillah, makin banyak pengusaha yang berhati mulia. Konsep bekerja sambil ibadah, bantu-bantu orang yang kesulitan ini patut kita contoh. Mulai dari UMKM, memberdayakan tetangganya kemudian bantu mereka yang terus berusaha menafkahi keluarga dengan jalan halal akan membuka keberkahan. Secara pribadi saya pun pernah mendapat testimoni salah satu mitranya yang kebetulan mampir di pabrik saya. Beliau bersyukur diberi kesempatan menjadi mitra bahkan tanpa modal awal dan kini alhamdulilah ekonomi keluarganya terbantu,” tutupnya.

 

Reporter: Revan Zaen

Editor: A. Muhammad