Seputarmuria.com, PATI – Pemerintah Desa Bakaran Wetan, Kecamatan Juwana, Pati, menggelar pameran batik bakaran dan webinar bertema “Peran Pemuda dalam Melestarikan Tradisi Batik Tulis”, Kamis (8/10/2020).
Dilaksanakan di Balai Desa Bakaran Wetan, pameran ini disiarkan melalui kanal Youtube resmi milik pemerintah desa setempat.
Kepala Desa Bakaran Wetan Wahyu Supriyo mengatakan, kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian acara Festival Batik Bakaran yang dimulai sejak 2 Oktober lalu, bertepatan dengan Hari Batik Nasional.
Pameran batik ini merupakan acara perdana festival batik yang direncanakan diselenggarakan rutin setiap tahun.
“Sebelumnya kami juga ada lomba selfie. Kemudian acara puncak tanggal 13 ada fashion show dan pemilihan duta batik bakaran 2020,” ujar kepala desa yang baru dilantik pada Maret lalu ini.
Wahyu menyebut, mulanya pihaknya berencana membuat festival ini semeriah mungkin. Rencana awal, akan diadakan karnaval, acara musik, serta pelatihan dan lomba membatik.
Namun, karena pandemi covid-19, rangkaian kemeriahan tersebut terpaksa dibatalkan. Sebagai gantinya, seluruh kegiatan tahun ini digelar secara virtual.
Ia menjelaskan, pihaknya memiliki visi untuk mengenalkan batik bakaran ke seluruh Indonesia, bahkan mancanegara.
“Memang kalangan tertentu sudah tahu batik bakaran, tapi mungkin masih ada yang belum tahu kalau asalnya dari sini. Ada yang mengira prosesnya dibakar. Ada juga yang mengira bakaran itu merek. Padahal batik bakaran merupakan warisan leluhur kami,” papar dia.
Wahyu mengatakan, dalam penyelenggaraan pameran ini, pihaknya bekerja sama dengan tujuh pengrajin batik besar yang ada di Bakaran Wetan.
Untuk diketahui, ada sebanyak 36 motif batik tulis yang ditampilkan, di antaranya liris, biota laut, naga, parikesit, dan merak kasmaran.
“(Motif-motif itu) kami pilih dari tujuh pengrajin besar yang ada di sini. Dalam memproduksi batik, ketujuh pengrajin itu bekerja sama dengan para pengrajin rumahan yang jumlahnya puluhan. Jadi setengah jadi dibuat di rumah-rumah, kemudian dikumpulkan ke pengrajin (besar) untuk finishing,” jelas dia.
Guna mengembangkan batik bakaran, pihaknya bersama Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) setempat berencana membuat outlet khusus di pasar desa.
“Kami kerjasamakan BUMDes dengan semua pengrajin. (Tujuannya) supaya pengrajin fokus memproduksi batik dan BUMDes yang menjualnya. Karena kami belum punya outlet, rencananya, pasar desa in syaa Allah tahun depan akan kami renovasi.
Ia menyebut, bagian bawah tetap untuk pasar, yang atas untuk kantor BUMDes sekaligus outlet batik dan co working space.
Salah satu sesepuh pengrajin batik di Bakaran Wetan, Mbah Bukari Wiryo Satmoko, menjelaskan bahwa batik bakaran muncul pada pertengahan abad ke-15.
Ia mengungkapkan, batik kebanggaan Kabupaten Pati ini merupakan peninggalan leluhur bernama Nyi Danowati.
“Batik bakaran aslinya sogan, warnanya biru tua dan sawo matang. Ciri khasnya seperti itu. Kalau sekarang lebih berwarna-warni, itu inovasi, modern,” ungkap pria yang mulai belajar membatik pada 1963 pada usia 12 tahun.
Mbah Bukari mengatakan, perbedaan batik bakaran dengan batik daerah lainnya ialah adanya remekan atau pecahan.
Sedangkan remekan ialah motif abstrak berupa serabut-serabut halus yang menjadi latar belakang kain batik bakaran.
Remekan dihasilkan dari proses “peremukan” pada kain batik yang sudah digambar dengan malam/lilin sebelum dicelup warna. (Er)
The post Kembangkan Batik Bakaran Melalui Webinar dan Festival Online appeared first on Seputar Muria.