Prosesi Larung Sesaji Desa Bajomulyo dan Bendar Berlangsung Sederhana Namun Penuh Pengharapan

pada Minggu, 31 Mei 2020
  • Berita Online

WARTAPHOTO.net. JUWANA – Berbeda dengan tahun sebelumnya, ritual tahunan sedekah laut yang dilaksanakan masyarakat nelayan khususnya di Desa Bajomulyo dan Bendar Kecamatan Juwana digelar sederhana, pada Minggu (31/5) ini. Yakni, sesuai pembatasan-pembatasan khusus di tengah pandemi Covid-19 masyarakat nelayan tetap menjalankan tradisi namun hanya dengan melarung sesaji di muara sungai.

Pada tahun sebelumnya, ritual larung sesaji selalu diiringi kemeriahan karnaval dan aneka pementasan kesenian tradisional, tahun ini tidak demikian. Bahkan berbagai hiburan yang biasanya turut memeriahkan, kali ini ditiadakan.

Santunan yatim, selawat, dan doa bersama jelang prosesi larung di Desa Bajomulyo

Di Desa Bajomulyo, seni rebana dan doa bersama mengiringi prosesi larung sesaji. Juga, diadakan santunan anak yatim secara simbolis. Para tamu undangan yang turut hadir menerapkan protokol kesehatan, seperti jaga jarak dan pakai masker.

Suratman, selaku ketua penitia sedekah laut Desa Bajomulyo mengungkap, agenda  rutin di TPI juwana dalam rangka pelestarian budaya pesisir itu sebagai bentuk syukur kepada Allah atas rezeki yang diberikan.

“Prosesi ini, kita memang sesuai protokol kesehatan dari pemerintah, jaga jarak, pakai masker, dan undangan terbatas. Hanya 20 orang,” ujar dia.

Sementara itu, lanjutnya, sesuai arahan, seluruh keramaian dibatalkan di tengah wabah globah ini. “Harapan kami setelah larung sesaji, wabah ini segera berakhir dan nelayan bisa beraktivitas kembali seperti semula,” tandas dia.

miniatur kapal berisi sesaji Desa Bendar diangkut ke kapal

Desa Bendar

Sementara, di Desa Bendar, ritual sedekah laut dilaksanakan pagi pukul 07.00 WIB, diawali dengan diaraknya miniatur kapal nelayan yang mengangkut aneka rupa sesaji, di antaranya kepala kambing, pisang raja, ketupat, dan lepet. Sebagai bagian dari syarat adat untuk menolak bala, kesenian barongan turut mengiringi. Namun demikian, tidak ada kerumunan masyarakat yang menyaksikannya.

Kasi Kesra Desa Bendar Kecamatan Juwana, Karyono mengatakan, sedekah kaut kali ini memang beda jauh dari sebelumnya. Hal itu lantaran tidak mendapat izin dari pemerintah untuk mengadakan keramaian.

“Tahun ini sedekah laut digelar sangat sederhana. Yang penting persyaratan adat sudah tercukupi,” jelasnya.

Sebelum sesaji dilarung, Karyono memimpin prosesi pembacaan doa. Setelah pelarungan, panitia sedekah laut berikut petugas gabungan yang mengawal ritual melakukan makan bersama di atas kapal.

“Rangkaian ritual sedekah laut ini merupakan bagian dari upaya merawat warisan tradisi dari nenek moyang. Diniati sodaqoh. Dalam Islam, sedekah diyakini dapat menolak bala,” ujarnya lebih lanjut.

Ia menyebut, sedekah laut mengandung doa pada Yang Mahakuasa agar seluruh nelayan yang beraktivitas di laut diberi keselamatan, keberkahan, dan dimudahkan mendapat rezeki yang halal untuk memenuhi nafkah keluarga. Sebelum prosesi larung sesaji, sebut dia, juga sudah dilaksanakan manakiban, doa bersama, dan pembacaan tahlil.

“Tujuannya tiada lain minta selamat dunia-akhirat,” kata dia.

Anggota DPRD Pati, Suriyanto

Sementara itu anggota DPRD Pati asal Desa Bendar, Suriyanto, bersyukur karena tradisi larung sesaji bisa terlaksana, meski di tengah pandemi. Meski, tanpa keramaian seperti tahun-tahun sebelumnya.

“Tradisi atau ruwatan tetap ada, walau sebatas barongan yang mengarak sesaji, diarak keliling desa untuk tolak bala, baru setelah itu dibawa ke tengah laut,” jelasnya kepada media.

Reporter : Putra Fotografer : Arton Videografer : Revan Zaen Editor : A. Muhammad