Penyebab dan Dampak Angin Kencang pada Puncak Musim Kemarau

Angin terasa cukup kencang di beberapa wilayah eks Karisidenan Pati selama 2 hari belakangan. Angin terasa kencang pada waktu siang sampai sore hari. Kecepatan angin tercatat mencapai sekitar 15-20 knot. Angin kencang yang terjadi bukanlah disebabkan oleh awan cumulonimbus yang biasa menyebabakan puting beliung atau hujan disertai angin kencang. Angin yang cukup kencang pada puncak musim kemarau ini disebabkan oleh adanya pusat tekanan tinggi di perairan selatan Nusa Tenggara hingga pulau Jawa. Untuk lebih jelasnya kita dapat mengilustrasikan udara seperti air.

Sebagaimana air, udara mengalir atau bergerak dari tekanan tinggi/high pressure (H) ke tekanan rendah/low pressure (L) yang kita kenal dengan angin. Air Ketika berada di ketinggian yang tinggi seperti hulu sungai aliranya cenderung lebih deras. Begitu pula udara, ketika dekat dengan tekanan tinggi maka gerakanya cenderung lebih cepat atau kencang. Kondisi angin yang cukup kecang masih berpeluang terjadi hingga 3 hari kedepan sampai memasuki masa pancaroba pada awal September.

Memang di daratan angin dengan kecepatan 15-20 knot tidak menyebabkan kerusakan parah. Namun dengan kecepatan tersebut angin dapat menggerakan dahan dan ranting pohon sehingga dapat merontokan bunga-bunga yang akan menjadi calon buah. Hal ini tentu patut menjadi perhatian bagi para petani maupun masyarakat yang sedang membudidayakan buah-buahan. Kecepatan angin 15-20 knot juga berpengaruh terhadap tinggi gelombang di perairan terbuka seperti lautan.

Menurut analisis BMKG tinggi gelombang di perairan utara eks Karisidenan Pati mencapai 1,5-2,5 meter. Tinggi gelombang 1,5-2,5 meter juga harus diperhatikan khususnya oleh nelayan dan penyedia wisata air yang menggunakan perahu-perahu kecil demi keselamatan Bersama.

Penulis : Ekky Amiral Faqi (Analis Cuaca BMKG Kabupaten Pati).

Baca artikel lengkap Penyebab dan Dampak Angin Kencang pada Puncak Musim Kemarau