Rembang, Mitrapost.com – Permintaan industri masih menjadi tantangan bagi petani garam. Salah satu bentuk tantangan tersebut berupa tuntutan akan kualitas dan kuantitas yang diinginkan industri.
Tantangan tersebutlah yang sedang diupayakan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Rembang. Cholid selaku sekertaris mengaku, pemerintah telah mengupayakan hal tersebut dalam bentuk memberi kesepahaman antara permintaan industri dan petani garam.
“Yang hari ini perlu dijelaskan adalah menyamakan perspektif, masyarakat dan industri. Disambungkan, bahwa industri memang punya syarat tertentu,” jelas saat ditemui pada Rabu (19/8/2020) kemarin.
Syarat yang diajukan oleh industri, lanjut Cholid, yakni berupa kualitas garam yang putih serta memiliki kualitas lebih baik. Ditambah dengan permintaan dalam skala besar. “Tapi masyarakat kita belum dapat memenuhinya.”
Menurutnya inilah yang menjadi penyebab harga garam di Rembang menjadi tidak stabil. Kurva penjualan bisa anjlok sewaktu-waktu karena permintaan yang berubah.
“Harga garam dalam 2017-2018 sempat bagus. Berjalan ke sini harga kembali turun pada angka 300-500 rupiah perkilo.”
Baca juga: Dinas Kelautan: Kabupaten Pati Tidak Membutuhkan Garam Industri
Penurunan ini menurut Cholid ada beberapa faktor, yakni industri lebih memilih menggunakan garam impor dari pada garam yang dihasilkan petani.
“Ada kemungkinan secara peta bisnis masih seneng impor dari Australia. Garamnya lebih putih, dan harga lebih murah.”
Dalam menanggulangi hal tersebut pemerintah Rembang bukan tanpa usaha. Pada tahun 2015, Cholid mengakui telah ada program pengembangan rakyat guna meningkatkan kualitas dan kuantitas pada garam yang dihasilkan oleh masyarakat petani.
“Kalau dari awal ada penggunaan geomembran. Supaya garam lebih putih dan kandungan cairannya lebih dari 90 persen. Agar produksi meningkat dan kualitas juga meningkat.”
Baca juga: Meski Tercatat Sebagai Produsen Garam Tertinggi, Produksi Garam di Pati Turun Signifikan
Namun hal itu berhenti, sebab masyarakat belum bisa menerima dengan baik program tersebut. Selain itu ia berharap industri juga mampu bekerjasama dengan baik dengan Dinas Perikanan Dan Kelautan untuk meningkatkan petani garam.
“Harus ada kesepakatan, walau kita bisnis tapi kita tetap ingin meningkatkan swasembada. Industri sama Dinas Perikanan harus sengkuyung. Namun ini link-nya belum nyambung. Jadi nggak bisa stabil. Padahal masyarakat tambak hanya mengandalkan satu-satunya ke industry,” pungkasnya. (*)
Baca juga:
Tanpa Syarat, Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pati Data Calon Penerima Bantuan Ekspor Ikan Jadi Tumpuan Sektor Ekonomi di Rembang Akhiri Hari dengan Doa yang Diajarkan Rasulullah
Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, twitter dan instagram
Redaktur : Ulfa PS
The post Permintaan Garam Kualitas Industri Jadi Tantangan Petani Garam di Rembang appeared first on Mitrapost.com - Portal Media Online Terupdate di Eks-Karesidenan Pati & Kota Semarang.