“KOL” Kajen, Tempo Dulu Hingga Sekarang

pada Kamis, 20 Agustus 2020
  • Berita Online

“KOL” Kajen, Tempo Dulu Hingga Sekarang

PATINEWS.COM,

Di sudut kampung ada perbincangan beberapa teman akrab.

“Eh Lek Paidi kowe ape ndelok ‘kol’ Kajen? “. ( Eh Lek Paidi kamu mau lihat “kol” Kajen? )

“Oh iyo lek Sarno aku yo ape ndelok ‘kol'”.( Oh iya Lek Sarno aku ya mau lihat ” kol ” ).

Kemudian kedua orang yang akrab itu siap-siap berjalan. Tiba-tiba ada orang menyahut :” Enteni lek…”. ( Tunggu lek ).

Ternyata orang tersebut adalah kerabat lek Paidi.

Kol Kajen tempo dulu

‘Kol’ Kajen dahulu sekitar tahun 1980an sangat identik dengan mobil kol brondol alias pick up. Banyak rombongan yang rela ‘nggandul’ mobil kol. Bahkan rela berjalan 3 kilo.meteran dari dusun pelosok hanya untuk lihat ‘Kol’ Kajen. Lalu mengapa sering diucapkan ‘Kol Kajen’ ?.

‘Kol’ Kajen sebenarnya ya haul Kajen. Yakni suatu tradisi tahunan setiap 10 Syuro ( Muharam ). di Desa Kajen Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Jawa Tengah. Banyak orang dari berbagai daerah bahkan ada yang dari Pulau Sumatra datang ke desa 18 Kilo meter utara Kota Pati ini.

Berbicara ‘Kol’ Kajen masa dulu sekitar tahun 1980an tidak terlepas dari blumbang sarean, pohon sawo kecik ( dengan dibawahnya ada tombokan dadu juga dangdut ( sekarang sudah tidak ada lagi dan bakul es juga ada lapangan legendaris yakni lapangan yasin.

Nah dilapangan yasin ini dulunya adalah tempat favorit menonton bioskop, dangdut, naik jinontrol, ombak banyu, tong edan, sampai rumah hantu. Sekarang anda tidak lagi menemui lapangan yasin. Masih ada sih jinontrol dan lainnya sekarang di lapangan kesambi dekat Jalan Raya Pati-Tayu.

“Kol” Kajen berkesan

Entah kenapa dahulu ‘Kol’ Kajen mengena di hati Setidaknya orang-orang yang sekarang berumur diatas 30 an. Ada yang bilang ‘Kol’ Kajen dahulu lebih meriah, banyak yang jualan alias mremo, banyak yang membeli dan aroma buah-buahan terasa.

Dahulu banyak yang menjual aneka buah seperti bengkoang, nanas, semangka, jambu, jeruk, langsep dan lainnya. Mungkin saja dulu tidak banyak yang menjual di hari-hari biasa.

Sekarang aroma ‘Kol’ berbeda dimana para peziarah dan pengunjung sebagian ada yang membawa bekal sendiri dan tak terlalu memborong barang mremo. Penjual mremo pernah mengatakan mengalami penurunan daya jualannya. Ya maklumlah sekarang di sudut daerah sudah banyak yang menjual barang kategori swalayan.

Ehmm…’Kol’ Kajen riwayatmu kini.

Telah mengalami perubahan cara pandang. Sekarang pengunjung ‘Kol’ Kajen tidak melulu membeli barang tapi ada sih yang hanya lihat-lihat saja. Namun demikian acara inti haul tidak berubah tetap mendo’akan para Waliyullah, ulama’ dan orang-orang sholeh. Justru semakin bertambah tahun peziarah malah meningkat jumlahnya bahkan sampai orang luar jawa lumayan ke makam mbah mutamakin Kajen.

Ini merupakan keistimewaan tersendiri. Dari sudut penyebaran info diakui dari tahun ke tahun memang tersebar lewat media sosial.

Tahun 2020 ini tidak ada pedagang syuronan Kajen yang ‘ mremo ‘

Namun khusus untuk tahun 2020 ini kayaknya sampai menjelang tanggal 1 Syuro ( 1 Muharam 1442 H ), tidak ada tanda-tanda ada keramaian. Biasanya menjelang bulan Syuro sudah mulai berjualan pedagang ‘ mremo’ di sepanjang jalan Ronggokusumo dan jalan Ahmad Mutamakin Kajen. Memang disadari masih kondisi pandemi Covid-19, sehingga para pedagang syuronan kajen tidak ada yang berjualan.

Namun meski begitu didapat informasi rencananya acara tahlil haul Waliyullah Mbah Ahmad Mutamakin Kajen tetap ada tentunya dalam suasana terbatas dan tetap menjalani protokol kesehatan.

Kita berharap acara Syuronan Kajen di tahun mendatang bisa kembali digelar seperti normal sebelum Covid-19.

Mari kita mendo”akan dengan ikut bertahlil, mendo’akan para arwah pendahulu dan pejuang agama, khususnya kepada beliau Waliyullah Mbah Ahmad Mutamakin Kajen, Mbah Ronggo Kusumo serta para ulama’ sekitarnya. Al fatihah.

Menjelang 1 Syuro ( Muharam ) 1442 H ( 2020 )

Penulis : Imam Muhlis Ali

Baca artikel lengkap “KOL” Kajen, Tempo Dulu Hingga Sekarang