Teror Peletan, Pemburu Tumbal Kepala Anak-anak

pada Senin, 25 Mei 2020
  • Berita Online

Pati, Mitrapost.com – Teror peletan pencari tumbal kepala anak-anak sering menjadi senjata para orang tua untuk melarang anak-anaknya keluar di siang hari.

Awal cerita ini berawal dari sebuah mitos bahwa dibalik bangunan yang besar ada jin penunggu yang menguasainya sehingga memberikan kesan angker. Konon, bagi orang yang ingin menempati atau mendirikan bangunan di daerah kekuasaan sang penunggu maka harus menyediakan tumbal demi kelancaran pembangunan dan keselamatan area tersebut.

Sosok yang dijuluki ‘peletan’ inilah yang diceritakan sebagai seseorang yang mencari tumbal kepala anak-anak untuk dipenggal. Lalu kepala ini dijadikan campuran pondasi suatu bangunan. Kepala yang dijadikan pondasi bangunan ini dikatakan sebagai sesaji bagi jin penunggu.

“Mitos sesaji di bangunan-bangunan besar itu sudah ada sejak zaman penjajahan. Jadi itu untuk tumbal bagi jin penunggu. Bila ada bangunan besar, atau jembatan-jembatan itu biasanya ada yang menunggu,” jelas Ali Ridho, seorang Pakar Spiritual dari Kota Pati kepada Mitrapost.com, Sabtu (23/5/2020).

Tumbal kepala yang dijadikan pondasi itu mitosnya akan menjaga bangunan tetap kuat dan tidak mudah roboh.

“Diyakini bila bangunan besar kalau tidak ingin roboh runtuh, buyar atau ingin mendapatkan keuntungan besar. Maka mereka (penggarap) harus memberikan sesaji kepala manusia –biasanya ini anak-anak– kepada penunggu sungai atau area yang akan dijadikan bangunan. Kepala anak-anak itu nanti biasanya ditaruh di beton pondasi bangunan. Makanya bangunan-bangunan yang besar biasanya berbau horror atau mistis,” tambahnya.

Bagaimana tumbal itu didapatkan?

Biasanya sang penggarap atau kontraktor menyewa pembunuh atau dukun untuk mencarikan kepala anak-anak sebagai sesaji. Jadi tak harus sang penggarap sendiri yang mencari tumbal.

Bila tumbal kepala ini tidak bisa disajikan, diyakini yang menjadi korban adalah pekerja atau kuli bangunan yang mengerjakan bangunan tersebut.

Ciri-ciri peletan

Sosok peletan biasanya digambarkan sebagai sesosok lelaki asing yang jalan-jalan membawa sabit dan karung. Ia akan menghipnotis anak-anak sehingga ketika akan ditebas lehernya tidak akan melawan. Kepala itu kemudian dimasukan ke karung.

Soso peletan ini oleh orang tua biasanya dijadikan alat bagi orang tua untuk memberi peringatan agar anak-anak mereka tidak keluar rumah di siang hari, umumnya saat musim kemarau.

“Kalau Agustus, September bangunan-bangunan mulai digarap karena masanya kemarau. Makanya para orang tua dulu selalu mewanti-wanti anakya ‘Ojo do mlaku awan awan ono Peletan ngko dijupuk’. Makanya Kalau terik matahari panas, dulu orang-orang desa tidak pergi-pergi,” jelas Ali. (*)

Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook dan instagram

Redaktur : Ulfa PS

The post Teror Peletan, Pemburu Tumbal Kepala Anak-anak appeared first on Mitrapost.com.