Seputarmuria.com, PATI – Sambut Hari Jadi Pati ke 697 dan HUT ke 75 RI, di tahun ini sedikit berbeda lantaran saat ini Kabupaten Pati tengah dilanda pandemi covid – 19 sejak bulan Maret 2020 lalu.
Bupati Pati Haryanto mengatakan bahwa untuk hiburan ketoprak yang selama ini rutin digelar dalam memperingati Hari Jadi Pati, nantinya tetap digelar namun tanpa adanya panggung dan lebih sederhana dengan durasi yang singkat di Pendopo Desa Sarirejo.
“Ini untuk tradisi yang tidak bisa ditinggalkan. Sedangkan untuk ada atau tidaknya pagelaran ketoprak, menurut saya dari dulu memang tidak harus ada. Sebab ketoprak ini memang maraknya pada zaman dulu. Namun, agar tidak menjadi beban pikiran, ketoprak ini dapat digelar sama halnya dengan tradisi sedekah bumi, yaitu durasi 1 atau 1,5 jam”, jelasnya.
Pilihannya laiinnya? adalah, ketoprak tersebut dapat digelar secara virtual. Seperti yang dilaksanakan di SKB. Sedangkan untuk selametan? atau bancaan, tetap digelar namun dengan jumlah yang terbatas. Untuk nasi berkat dapat dibagikan dulu ke masyarakat dan yang mengikuti selametan? hanya terbatas.
“Di desa – desa kan juga gitu. Mau didoakan dulu bisa, mau berkatnya dibagikan nanti terserah bagaimana enaknya. Namun yang mengikuti tetap terbatas. Sebab kita juga mengedukasi masyarakat untuk tidak mengadakan acara kumpul – kumpul”, tegasnya.
Selain itu, terkait acara pidato kenegaraan yang juga rutin dilaksanakan dan diikuti, Bupati menyebut bahwa untuk Forkopimda menghadiri di DPRD bersama para dewan. Dan untuk para OPD, menyaksikan secara virtual di Pendopo.
“Acara ziaroh, nanti pun pelaksanaannya terbatas, Forkopimda bersama panitiam? kurang lebih 15 sampai 20 orang saja. Untuk HUT RI, kita kan mengikuti pemerintah pusat, yakni secara virtual”, imbuhnya.
Bupati menyampaikan, pada upacara 17 an nanti, tidak ada pasukan pengebar bendera dan pasukan 17 seperti yang selama ini ada. Hal ini lantaran salah satu dampak dari pandemi yang ada.
Sedangkan untuk penyelenggaraan kegiatan tap toe, ditiadakan, Dan untuk renungan suci di makam pahlawan tetap ada namun dengan jumlah terbatas. Namun, Bupati masih memberikan pilihan, apabila renungan suci diikuti oleh sekira 30 orang saja, maka dapat diganti menjadi ziarah makam pahlawan dan jadwalnya berubah menjadi pagi, siang atau sore.
“Untuk remisi, kita laksanakan secara virtual. Sebab secara protokol kesehatan, memang belum boleh ada yang membesuk. Nanti bisa diatur di Pendopo melalui zoom. Sedangkan untuk penurunan bendera, karena upacara bendera kita mengikuti dari pemerintah pusat secara virtual maka penurunan bendera pun paling tidak sama. Ya nanti kita menunggu petunjuk dulu pastinya dari pemerintah pusat”, pungkasnya. (Er)
The post Acara Agustusan Digelar Lebih Sederhana appeared first on Seputar Muria.