Beragam Tradisi Desa Puncel, Bukti Keharmonisan Antar Umat Beragama

pada Rabu, 22 Juli 2020
  • Berita Online

Beragam Tradisi Desa Puncel, Bukti Keharmonisan Antar Umat Beragama

PatiNews.Com – Dukuhseti,

Desa Puncel adalah desa yang terletak di kecamatan Dukuhseti Pati Jawa Tengah.

Desa yang langsung berbatasan dengan kabupaten Jepara ini ntuk mata pencarian di desa Puncel sendiri tepatnya di kampung nelayan (dusun Tawangrejo) mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani tambak, nelayan, petani, dan lain sebagainya.

Warga desa Puncel sangat menjunjung tinggi toleransi dalam beragama dan sangat mengedepankan unggah ungguh (tata krama), tolong menolong dalam kehidupan sehari – hari.

Etika yang terus terjaga sampai sekarang pada masyarakat Puncel adalah tepo saliro, dimana tepo saliro ini merupakan cara bersosial yang tidak memandang suku, ras dan agama karena masyarakatnya lebih mengutamakan kerukunan, kedamaian, serta keharmonisan.

Desa yang memiliki beragam budaya ini sangat menarik untuk dikaji lebih dalam. Toleransi beragama di Desa Puncel Tawangrejo dipengaruhi oleh faktor budaya jawa yang sangat kental. Implementasi tepo saliro ditunjukkan dengan adanya beragam tradisi.

Yang pertama adalah tradisi sedekah laut yang saat ini sudah menjadi kearifan lokal. Dimana sedekah laut ini sebagai wujud rasa syukur warga kepada Sang Pencipta atas kekayaan laut yang melimpah serta sebagai bukti kerukunan antar umat beragama. Prosesi pemberangkatan larung saji oleh panitia berlangsung begitu hikmad.

Larung sesaji ini selalu diiringi dengan berbagai pementasan kesenian daerah seperti pagelaran kethoprak, lomba panjat pinang sehari sebelumnya dan orkes satu hari setelahnya.

Biasanya, sedekah laut ini dilaksanakan pada sasi apit (bulan dzulqoidah) yang tidak hanya dimeriahkan oleh warga Puncel saja namun, masyarakat kabupaten Jepara (dusun Paso’an Clering) turut andil dalam menyukseskan pesta sedekah laut ini.

Yang kedua, ada pula tradisi sedekah bumi, dimana masyarakat desa Puncel Tawangrejo mengadakan kondangan dengan membawa berkat (hidangan) untuk nanti dibawa ke makam (disini makam Waliyullah Mbah Sayyid Ahmad Bin Alwi) lalu dikumpulkan jadi satu dan berdoa sesuai kepercayaan masing-masing.

Kemudian, berkat (hidangan) tersebut dibagikan kembali kepada warga untuk dinikmati bersama.

Selain sedekah laut dan sedekah bumi, budaya yang ketiga yakni menghantar makanan (berkat) menjelang natal atau lebaran pun menjadi tradisi di setiap tahunnya. Hal ini dilandaskan atas asas kekeluargaan yang terjalin pada tiap warga desa Puncel bahwa berbagi atau sadaqah kepada tetangga yang berbeda keyakinan tidak harus memandang suku, ras dan agama. Hal ini merupakan salah satu cara mempererat keharmonisan dalam bermasyarakat.

Saking lekatnya dalam kultur budaya, ada satu lagi fenomena yang menarik mengenai cara penghormatan saat perayaan hari besar kepada agama lain yakni tradisi saling berkunjung antara pemeluk agama satu dengan yang lain ketika perayaan hari raya idul fitri maupun perayaan natal dan tahun baru.

Tentu saja dengan batas agama masing-masing. Namun, tradisi semacam ini tidak dilakukan oleh semua masyarakat Puncel. Walaupun demikian tidak merenggangkan tali persaudaraan.

Bicara mengenai toleransi beragama, masih banyak budaya masyarakat Puncel Tawangrejo yang mencirikan perilaku hidup rukun seperti selametan, hajatan, gotong royong, bahu membahu, kerja bakti dan lain-lain. Relasi yang terjalin begitu harmonis antara umat islam dan kristen di Desa Puncel terbangun atas dasar hubungan tradisi dan kultur budaya.

Hal ini termasuk dalam kategori moderasi beragama. Dimana pada intinya setiap agama mengajarkan sikap toleransi, keindahan serta kedamaian.

Kontributor : Ida Mazro’atul Khoiriyah Editor : TIM KKN MDR’20 Santri Smart IPMAFA

Baca artikel lengkap Beragam Tradisi Desa Puncel, Bukti Keharmonisan Antar Umat Beragama