WARTAPHOTO.NET. PATI – Marching Band Bahana Swara (MBBS) Madrasah Aliyah (MA) Salafiyah Kajen, tampil aktraktif dalam kirab 10 Muharram dan Haul Syekh Ahmad Mutamakkin di Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati Minggu (6/7/2025). Dalam penampilannya MBBS mengangkat tema “Geger Ranggalawe”.
Pilihan tema “Geger Ranggalawe” sangat menarik karena mengaitkan sejarah heroik dan tragis tokoh Ranggalawe dengan kreativitas pertunjukan marching band yang dinamis. Tema ini diaplikasikan dengan apik melalui pertunjukan musik, atraksi, kostum, dan visual yang kaya makna.
Kostum, musik, dan visual marching band memperlihatkan ekspresi emosi dan peristiwa yang sarat dengan interpretasi puitis dari Babad Majapahit. Hal ini membuat pertunjukan menjadi lebih hidup dan menghidupkan nilai-nilai budaya dan sejarah lokal.
Pembina MBBS MA Salafiyah Kajen, Choirul Abror menjelaskan, dalam pertunjukan itu pihaknya mengambil tema “Geger Ranggalawe: Sumbaga Anjayeng Prang”. Tema itu diilhami dari nukilan Babad Majapahit.
Di mana salah satu bait tembang, “Sumbaga Anjayeng Prang” merupakan kalimat yang mencerminkan semangat perjuangan yang gagah berani, pengabdian yang tulus, kesaktian yang tak tertandingi, dan selalu memenangkan peperangan. Hal itu melekat dalam diri Ranggalawe.
“Meskipun di akhir cerita Ranggalawe dapat dikalahkan karena fitnah dan pengkhianatan, ia tetap dikenang sebagai pribadi yang ‘Sumbaga Hanjayeng Prang’, yakni memperjuangkan keadilan demi tegaknya sebuah negara atau kerajaan. Ia teguh dalam darma baktinya sebagai seorang ksatria yang pilih tanding dan tulus mengabdi untuk bangsa dan negara,” jelas Abror.
Ia mengatakan, pertunjukan ini menghubungkan semangat perjuangan Ranggalawe dengan nilai-nilai keteguhan dan keberanian, sejalan dengan maksud peringatan Haul Syekh Ahmad Mutamakkin.
“Kaitan geografis antara Tuban tempat Ranggalawe berkuasa dan tempat asal Syekh Ahmad Mutamakkin menciptakan kesinambungan geografis dan keteladanan masa lalu yang kuat antara sejarah lokal, sastra Jawa Kuno, dan spirit lokal,” kata dia.
Dengan demikian, penampilan Bahana Swara bukan hanya pertunjukan musik dan atraksi, tetapi juga interpretasi kreatif dari sejarah dan sastra yang kaya makna, dipadukan dengan semangat religius dalam konteks lokal Desa Kajen.
(Wartaphoto)