Gandrung Sastra Gelar Pementasan Monolog dan Bedah Buku ‘Jabrik’ di Kudus

pada Minggu, 15 Juni 2025
  • Berita Online

WARTAPHOTO.NET. KUDUS – Gandrung Sastra menggelar pementasan monolog dan bedah buku “Jabrik”, karya Arif Khilwa di Rumah Khalwat Balai Budaya Rejosari (RKBBR) Kudus, Sabtu (14/6/2025) malam.

Pementasa dan bedah buku tersebut sebagai penanda kembali produktifnya komunitas sastra Gandrung Sastra. Komunitas ini berasal dari Margoyoso, Pati, yang aktif di dunia sastra dan pertunjukan karya satra.

Acara dibuka dengan pementasan monolog oleh aktor Khoirun Nadzif. Ia memerankan tokoh Jabrik dengan memukau di depan para penonton.

Sementara ilustrasi musik yang mengirungi selama berjalannya pementasan diisi oleh Aloeth, Putut, Haikal, dan Burhan.

Dalam lakon Jabrik, penonton diajak hanyut dalam kisah di balik layar tentang Pemilihan Calon Legislatif.

Jabrik yang semula disebut sebagai makelar Pemilu kelas kakap ahirnya berpura-pura gila untuk menutupi kegagalannya dalam mengusung calon legislatifnya.

Setelahnya, bedah buku digelar dengan menghadirkan tokoh kesenian Kudus Asa Jatmiko, dan Septiana Wibowo, sastrawan Jepara sebagai pembedah.

“Konsep sebuah buku menjadi sebuah pementasan ini adalah sesuatu yang baru dan pastinya kami para pelaku seni antusias untuk menyambutnya,” ujar Asa Jatmiko, selaku pemilik penerbitan Ini Ibu Budi yang juga menerbitkan buku Jabrik.

Penonton yang hadir dari berbagai kalangan di Muria Raya pun menimpali dengan berbagai macam reaksi. Ada yang lebih senang menikmati cerpennya, ada juga yang malah lebih hanyut dengan menonton pementasan.

Sementara Septiana, menyebut bahwa dalam buku Jabrik ini menandakan bahwa dalam proses kreatif, penulis dapat mengembangkan ide cerita sederhana.

“Ini menjadi apik dan menarik bahkan dengan alur cerita yang tidak kita sangka,” ungkap dia yang juga merupakan penyunting buku Jabrik ini.

Dalam bedah buku yang dimoderatori Beni Dewa, Arif Khilwa menyampaikan keresahan atas apa yang terjadi di sekitarnya.

“Alih wahana dari karya sastra ke pementasan sebenarnya adalah salah satu strategi dari kami agar masyarakat tertarik, dan mencintai sastra itu sendiri,” ucap Arif Khilwa.

Arif Khilwa penulis buku Jabrik

Tentang Jabrik Pria kelahiran Desa Tunjungrejo, Kecamatan Margoyoso, yang merupakan seorang guru di MA Salafiyah Kajen, Pati ini mencipkatan buku Jabrik karena terinspirasi dari momen Pemilihan Umum (Pemilu).

Cerita Jabrik mengambil sudut pandang yang sederhana tetapi membawa pesan  mendalam. Jabrik menjadi tokoh utama yang digambarkan sebagai sosok cerdik dan mampu menggunakan akal pikiran dengan baik untuk menaikkan strata sosialnya.

Dengan begitu mudahnya, Jabrik meminta dana anggaran kampanye cukup besar dari pak Bambang yang punya ambisi besar untuk melenggang ke Senayan. Namun rupanya, dana yang diminta itu digunakan untuk kepentingan pribadinya.

Malangnya, keserakahan para tokoh menjadi bencana. Pak Bambang dicoret dari daftar pilihan bahkan terancam jeratan hukum.

Jabrik pun bersiasat membujuk Pak Bambang untuk berpura-pura tak waras agar selamat dari jeratan hukum dan sanksi sosial. Begitu pula agar dirinya tak menanggung masalah, ia mulai bersandiwara menjadi gila.

(*/wartaphoto).