Pertunjukan Wayang Topeng Soneyan Dipadati Warga, Dipercaya sebagai Ritual Tolak Bala

pada Minggu, 04 Mei 2025
  • Berita Online

Seputarmuria.com, PATI – JAWA TENGAH – Ratusan warga memadati Panggung di Sanggar Waringin Tunggal, Dukuh Kedungpanjang, Desa Soneyan, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Sabtu (3/5/2025) siang.

Ratusan warga tersebut terlihat sangat menikmati pementasan Wayang Topeng Soneyan yang diiringi alunan musik gamelan. Warga meyakini bahwa kesenian tersebut sudah berumur ratusan tahun.

Adapun sedekah bumi di Desa Soneyan digelar pada Sabtu Kliwon bulan Apit. Kesenian Wayang Topeng Kedungpanjang Soneyan pada 2021 lalu diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh Kemdikbudristek dan UNESCO.

Selain itu, pertunjukan wayang topeng pada saat sedekah bumi di Desa Soneyan diyakini warga setempat sebagai ritual untuk menolak bala.

Dalam pementasan Wayang Topeng Soneyan, lakon yang dipentaskan adalah Among Tani.

Kepala Desa Soneyan, Margi Siswanto, menyebut bahwa kesenian ini berasal dari Kasunanan Surakarta.

“Ratusan tahun lalu kesenian ini milik Kasunanan Surakarta. (Senimannya) hijrah ke Pantai Utara Jawa Tengah, yakni di Soneyan ini. Sejak saat itu, sedekah bumi dengan acara tarian wayang topeng terus berjalan. Topeng yang dipakai itu sudah sejak zaman dahulu. Dan, tidak sembarang orang bisa memakai topeng soneyan”, ungkapnya.

Pihaknya mengungkapkan, topeng berbahan kayu tersebut dipakai dengan cara digigit ini berjumlah 35. Masih otentik. Hanya dikeluarkan setahun sekali. Dan ada ritual khusus yang dilakukan sebelum memakainya.

Warga Desa Soneyan juga meyakini, jika yang memainkan bukan warga asli, pemain bakal kesulitan, bahkan tidak bisa sesuai dengan pertunjukan wayang topeng yang semestinya. Mitosnya, bahkan bisa kesurupan.

Demi keperluan pariwisata, pihak desa membuat replika topeng untuk melakukan pementasan di luar momen sedekah bumi.

Pada 15 Juli 2024 lalu, Desa Soneyan diresmikan sebagai Desa Wisata Kabupaten Pati.

“Karena sudah jadi desa wisata, pengunjung semakin banyak. Maka saya baru buat replika topeng yang pakai tali, pesan di Jogja, jumlahnya juga 35. Bisa dikeluarkan kapan pun dan bisa dicoba siapa saja,” jelas Margi.

Menurut Margi, lakon tersebut mengandung makna rasa syukur atas hasil bumi yang diberikan Tuhan.

“Regenerasi jalan, boleh dibilang menggembirakan. Yang pentas hari ini kombinasi generasi tua dan muda, bahkan ada yang masih SMP. Saat di Jakarta beberapa waktu lalu, kami ada penilaian dari Kemdikbud Ristek, anak-anak SMP juga yang tampil, hanya dua yang generasi tua. Hari ini juga dalang utamanya sakit, mendadak diganti, ini dalang (generasi) baru, langsung bisa,” pungkasnya.

Untuk diketahui, selain pementasan wayang topeng, Sedekah Bumi Desa Soneyan juga dimeriahkan dengan kirab budaya, ketoprak, dangdut, dan pengajian. (Er)

The post Pertunjukan Wayang Topeng Soneyan Dipadati Warga, Dipercaya sebagai Ritual Tolak Bala appeared first on Seputar Muria.