Melihat Wayang Topeng dalam Tradisi Sedekah Bumi Soneyan Pati

pada Sabtu, 03 Mei 2025
  • Berita Online

WARTAPHOTO.NET. PATI – Warga Dukuh Kedungpanjang, Desa Soneyan, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, mengadakan acara Sedekah Bumi yang dimeriahkan dengan pertunjukan wayang topeng pada Sabtu (3/5/2025) di Punden dukuh setempat. Tradisi yang dilaksanakan setahun sekali ini menjadi simbol pelestarian budaya dan spiritualitas masyarakat setempat.

Kepala Desa Soneyan, Margi Siswanto, mengatakan bahwa sedekah bumi dengan pagelaran wayang topeng memang sudah menjadi tradisi yang melekat di Dukuh Kedungpanjang. Tradisi itu digelar pada Sabtu Kliwon setiap bulan Apit.

“Setiap sedekah bumi, kita mengadakan tari topeng sebagai bagian dari rangkaian acara,” kata dia kepada Wartaphoto.

Ia menjelaskan, kesenian wayang topeng di desanya sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Yaitu berasal dari Kasunanan Surakarta.

“Sejarahnya, ratusan tahun lalu kesenian itu milik Kasunanan Surakarta. (Senimannya) hijrah ke wilayah utara Pulau Jawa, di Soneyan ini,” ucap dia.

Menurut dia, topeng soneyan ini tidak bisa dipakai sembarangan orang. Sebab, ada ritual khusus yang dilakukan sebelum memakainya.

Topeng-topeng berbahan kayu yang dipakai dengan cara digigit ini jumlahnya ada 35. Itu masih otentik dan hanya dikeluarkan setahun sekali, setiap sedekah bumi. Bahkan, hanya warga setempat yang bisa memakai untuk mementaskannya. Masyarakat Kedungpanjang memercayai, jika yang memainkan bukan warga setempat, pemain bakal kesulitan, bahkan tidak bisa sesuai dengan pertunjukan wayang topeng yang semestinya.

Sementara untuk keperluan lain, pihak desa juga membuat replika topeng untuk melakukan pementasan di luar acara sedekah bumi. Terlebih, Desa Soneyan sudah diresmikan sebagai Desa Wisata Kabupaten Pati pada 15 Juli 2024 lalu.

“Karena sudah jadi desa wisata, pengunjung semakin banyak. Maka saya buat replika topeng yang pakai tali. Pesan di Jogja, jumlahnya juga 35. Bisa dikeluarkan kapan pun,” jelas dia.

Ia bersyukur, kesenian wayang topeng terus dilestarikan hingga kini. Bahkan, banyak pemuda yang giat berlatih di Sanggar Waringin Tunggal Dukuh Kedungpanjang.

“Regenerasi jalan. Yang pentas hari ini ada generasi tua dan muda, bahkan ada yang masih SMP. Saat di Jakarta beberapa waktu lalu, kami ada penilaian dari Kemdikbud Ristek, anak-anak SMP juga yang tampil, hanya dua yang generasi tua. Hari ini juga dalang utamanya sakit, mendadak diganti, ini dalang (generasi) baru, langsung bisa,” jelas Mugi.

Dalam pementasan Wayang Topeng Soneyan, lakon yang dipentaskan adalah Among Tani. Menurut Margi, lakon tersebut mengandung makna rasa syukur atas hasil bumi yang diberikan Tuhan.

Muntarjo, salah satu pemain wayang topeng, mengatakan bahwa dirinya telah mempelajari kesenian ini sejak tahun 1984. Saat itu usianya 22 tahun.

“Membawakan topeng ada ritual khusus, sebelumnya kita sowan ke cikal bakal, pamit, untuk pagelaran topeng acara sedekah bumi,” katanya.

Menurut dia, ada kesulitan yang dialami pelakon atau penari dalam memainkan kesenian ini, yakni sinkronisasi gerakan penari dengan dialog atau narasi cerita yang diucapkan dalang. Peran dalang memang menjadi salah satu ciri khas Wayang Topeng Soneyan. Dalang di sini membawakan semua unsur dialog penari sepanjang pertunjukan.

“Pemain, kan, belum tentu paham semua. Harus mengepaskan,” tutur dia.

Sebagai tambahan informasi, kesenian Wayang Topeng Soneyan telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, pada 2021 lalu. Bahkan, kesenian ini juga telah diakui oleh The United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Reporter : Putra Editor : Revan Zaen

The post Melihat Wayang Topeng dalam Tradisi Sedekah Bumi Soneyan Pati first appeared on wartaphoto.net.