WARTAPHOTO.net. PATI. Polemik kelangkaan gas elpiji bersubsidi ukuran 3 kilogram terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, tak terkecuali di Kabupaten Pati.
Pantauan wartaphoto.net di wilayah Kecamatan Juwana, Wedarijaksa, Trangkil, dan Margoyoso, dalam dua hari terakhir kelangkaan gas elpiji 3 kilogram dampaknya sangat terasa.
Khoirul Anam, salah satu warga Margoyoso mengaku sudah tiga hari ini berkeliling mencari gas elpiji 3 kilogram dan hasilnya nihil.
“Gas elpiji sulit didapatkan mas. Saya sudah tiga hari membeli makanan di warung karena tidak bisa memasak. Ini saya masih berusaha mencari gas elpiji 3 kilogram untuk memasak. Pengeluaran menjadi boros kalau tidak masak sendiri di rumah,” ujarnya.
Sementara itu, pemilik pangkalan gas di Sekarjalak, Margoyoso, yang enggan disebut namanya mengatakan pangkalan gas miliknya hanya melayani warga sekitar saja.
“Dalan satu minggu saya hanya mendapatkan jatah 70 tabung saja. Terus terang saya lebih mengutamakan warga yang tinggal di sekitar pangkalan saja, mas. Saya sudah punya datanya berdasarkan kartu tanda penduduk (KTP) yang sudah saya catat. Jadi saya lebih dulu menjual kepada mereka. Biasanya saya informasikan melalui group watshap,” pungkasnya.
Tidak Langka
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Pati, Hadi Santosa mengungkapkan bahwa kondisi kelangkaan yang terjadi beberapa hari terakhir ini karena dua hal.
“Kondisi sebagaimana pantauan kami di lapangan ada dua hal. Pengecer kebingungan membeli dari pangkalan karena tidak mendapat jatah. Begitu pula konsumen yang biasa beli di pengecer kebingungan karena tidak tahu mau beli di pangkalan mana,” ungkap Hadi.
Lebih lanjut Hadi Santosa mengungkapkan bahwa kuota gas elpiji bersubsidi 3 kilogram untuk Kabupaten Pati Tahun 2025 mencukupi.
“Rilis data yang telah kami terima meski belum resmi ditetapkan, untuk Tahun 2025 Kabupaten Pati mendapatkan kuota 42231 Metrik Ton atau setara 14 juta tabung elpiji 3 kg. Artinya setiap hari kerja bisa tersalurkan 4000 tabung,” terangnya.
Dia menegaskan bahwa kondisi pasokan tidak langka, namun berjalan sebagaimana mestinya. Dari agen ke pangkalan juga sama seperti biasanya.
Disamping itu, sampai hari ini sudah ada beberapa pengecer yang telah berupaya menjadi pangkalan resmi sesuai prosedur yang ditetapkan. Namun kewenangan menjadikan status pangkalan ada di Pertamina bukan pemerintah kabupaten.
Meskipun demikian, menyusul adanya instruksi membuka kembali distribusi dari pangkalan ke pengecer, Hadi Santosa masih menunggu aturan kebijakan resmi sembari meminta masyarakat untuk tidak panik.
“Mohon masyarakat tidak panik dulu. Masyarakat cenderung yang menyimpan gas di rumah masing-masing. Mesikipun ini wajar sekali tapi memang karena kekahawatiran kesulitan memperoleh jatah gas elpiji untuk selanjutnya. Gas elpiji 3 kg sesuai hitungan kami, mencukupi. Jadi tidak perlu melakukan penimbunan terlalu banyak,” tuturnya.
Sebagaimana diketahui, gas elpiji 3 kg bersubsidi ini peruntukannya untuk 4 kelompok, yakni rumah tangga, industri UMKM, petani sasaran, dan nelayan sasaran. Sedangkan yang non-subsidi bebas diperoleh dan stoknya juga mudah ditemui.
Reporter: Ragil Kuswanto
Editor: Revan Zaen
The post Warga Pati Mengeluh Sulitnya Elpiji 3 Kg, Disdagperin Klaim Stok 2025 Aman first appeared on wartaphoto.net.