Pati, Mitrapost.com – Anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pati, M Nur Sukarno menduga ada permainan tengkulak di balik bergejolaknya harga beras terjadi saat-saat ini.
Perlu diketahui, lonjakan harga beras terjadi sejak akhir tahun 2022, dengan harga tertinggi Rp13.000 per kilogram untuk kualitas premium dan Rp12.000 untuk medium.
Sukarno meminta pihak Bulog segera menanggulangi pergolakan harga beras. Termasuk merespon kemungkinan terjadinya permainan tengkulak ini.
“Supaya tidak tambah bergejolak karena kemungkinan ada permainan tengkulak maka Bulog harus sangat responsif terkait tugasnya,” ujar Sukarno saat diwawamcara Mitrapost.com kemarin.
Banyak yang menduga bahwa langkanya stok beras di Pati disebabkan oleh hasil panen di tahun 2022 sudah habis.
Hal ini seperti tak masuk akal, mengingat Dinas Pertanian dan ketahanan pangan selalu menyebut bahwa produksi beras di Pati mengalami surplus. Gabah lokal harusnya mampu mencukupi kebutuhan warganya sendiri.
Akhirnya jatuhlah pada kesimpulan adanya permainan tengkulak yang biasanya bisa dilakukan dengan dua skenario.
Pertama menimbun beras, dan menjualnya saat harga melambung tinggi. Atau yang kedua, menjual beras dengan harga di atas HET yang ditentukan pemerintah.
Soekarno beberapa kali berstatemen, Bulog harus mengoptimalisasikan beras khusus operasi pasar yang dipunyai untuk menstabilkan harga beras.
“Respon yang harus dilaksanakan adalah operasi pasar karena pemerintah lewat Bulog mempunyai stok khusus untuk operasi pasar,” ujarnya.
Politisi dari Partai Golkar itu mengharapkan, melambungnya harga beras di kabupaten Pati tidak berlarut-larut. Pasalnya hal ini berpotensi besar memicu kenaikan bahan pokok lainnya. (adv)
The post Harga Beras Tak Kunjung Turun, Diduga Ada Permainan Tengkulak appeared first on Mitrapost.com.