simulasi PTM SMPN 3 Pati hanya diikuti 50 siswa yang terbagi dalam 4 kelas
Seputarmuria.com, PATI – Terhitung mulai Senin (6/9/2021), sebanyak 22 sekolah dasar dan 22 sekolah menengah pertama di Pati mulai mengadakan uji coba atau simulasi pembelajaran tatap muka (PTM).
Adapun yang menggelar simulasi diantaranya ialah SMPN 3 Pati. Sebelum masuk kelas, siswa diharuskan berbaris serta mengantre untuk cuci tangan, mengukur suhu, dan screening sederhana.
Kepala SMPN 3 Pati Ruqayah menjelaskan, selama pelaksanaan simulasi ini, SMPN 3 Pati tak hanya menyediakan sarana-prasarana protokol kesehatan, namun juga membatasi jumlah siswa yang hadir.
“Tiap kelas kami isi 12 sampai 13 orang. Untuk percobaan ini kami ambil empat kelas. Jadi total yang datang sekira 50 anak,” ungkapnya.
Simulasi tahap awal ini dilakukan selama seminggu. Sebelum dan setelah berlangsungnya simulasi, seluruh siswa dan guru dites usap (swab). Para guru dan karyawan juga telah lebih dulu divaksin covid-19 dua kali.
“Tiap hari pelajaran dua jam tanpa istirahat, pukul 8 sampai 10. Tiap hari kami buat laporan, apakah ada kejadian menonjol terhadap anak maupun guru atau tidak. Setelah itu kami laporan ke dinas. Kebijakan selanjutnya terserah dinas pendidikan maupun gugus covid, apakah sekolah ini mau ditambah siswanya, atau ditambah jumlah sekolah yang simulasi PTM,” jelasnya.
Sementara, Kabid Pembinaan SMP pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Pati, Sa’dun, mengatakan bahwa simulasi ini memang menjadi syarat sebelum dilaksanakan PTM terbatas.
“Sabtu besok, kami evaluasi secara keseluruhan berdasarkan kecamatan. Apabila tidak ada kasus terhadap kecamatan tersebut, sekolah uji coba dapat menambah siswa yang dimasukkan, secara shift maupun berbeda hari,” tegasnya.
Di sisi lain, evaluasi memang didasarkan pada kecamatan masing-masing. Jika di salah satu kecamatan muncul kasus Covid-19, akan dilakukan analisis khusus. Sementara sekolah di kecamatan lainnya tetap berjalan sesuai rencana.
Siswa kelas VIII, Dewi Maharani Swastika, mengaku senang bisa kembali bertemu dengan teman-teman sekolahnya, meski belum seluruhnya.
“Tapi memang harus prokes. Karena pandemi Covid-19 kami harus jaga jarak juga,” kata dia.
Melalui simulasi ini, diakuinya bahwa kesedihannya cukup terbayarkan. Selama pembelajaran daring, dia sedih karena tidak bisa bertemu teman dan guru. Meski diakuinya, pembelajaran daring juga memberi manfaat menambah pengetahuan di bidang teknologi digital.
“Tapi bagaimanapun menurut saya lebih enak di sekolah, ketemu teman, diajari langsung oleh guru. Belajar daring kadang sinyal terganggu. Harapan saya pandemi segera selesai, bisa terus berangkat sekolah,” kata dia.
Dewi menyebut, satu di antara hal yang membuatnya sangat merindukan sekolah ialah kebersamaan pada momen-momen khusus. (Er)
The post Tak Ingin Resiko, Simulasi PTM SMPN 3 Pati Batasi 50 Siswa appeared first on Seputar Muria.