WARTAPHOTO.NET. PATI – Beberapa orang tampak sedang sibuk membuat anyaman-anyaman kecil dari bambu. Bahkan, terik mentari siang itu tak menyurutkan semangat mereka untuk bekerja.
Tak ada yang luar biasa di Dukuh Karangjati, Desa Jatisari, Kecamatan Jakenan Pati, kecuali semangat para penduduk untuk mengupayakan dapur rumah mereka tetap mengepulkan asap.
Selain beraktivitas sebagai petani dan buruh, separuh lebih penduduk kampung ini merupakan pengrajin besek ikan. Anyaman berbentuk keranjang kecil berbahan bambu berbentuk keranjang melingkar renggang dan berdiameter 20×20 sentimeter itu lazim disebut warga setempat dengan nama kemanak. Umumnya digunakan sebagai kemasan ikan pindang yang akan dipasarkan.
Surati (65) seorang pengrajin menjelaskan, harga jual besek memang tak sebanding dengan ketekunan yang diperlukan. Namun ia menyebut lebih baik mengerjakan sesuatu yang menghasilkan uang ketimbang berdiam diri.
“Lumayan untuk tambahan kebutuhan belanja sehari-hari,” ucap dia sembari mengusap keringatnya.
Terlebih dalam masa pandemi Covid-19 ini, aktivitas mengrajin besek menjadi semakin masuk akal. Aktivitas penduduk bekerja di luar pertanian semakin terbatas.
“Bukan cuma kaum ibu-ibu saja. Para lelaki juga banyak ikut menganyam kemanak. Agar terkumpul lebih banyak barang siap jual,” kata dia.
Sementara Ahmad Rifai (23) tokoh pemuda setempat menceritakan, warga membuat besek ikan untuk mencari penghasilan lainnya selain dari bertani. Aktivitas sampingan tersebut sudah mereka mulai sejak tahun 2000-an. Sebelumnya penduduk Dukuh Karangjati memang telah dikenal piawai menganyam kepang dan perabotan berbahan bambu.
“Tidak ada sejarah khususnya. Hanya saja dulu ada pengepul yang meminta seorang warga membuat besek dalam jumlah besar. Lantas yang lain juga ditawari ikut memproduksi. Banyak yang tertarik menganyam sebab bisa dilakukan di rumah di sela-sela kesibukan lain, terutama kaum ibu-ibu,” terang dia.
Perlu keterampilan khusus untuk menganyam sebuah besek jadi. Memotong bambu, mengirisnya dalam ukuran siap anyam membutuhkan ketekunan. Salah-salah serabut bambu jenis Gigantochola Apus atau bambu tali bisa melukai kulit sebab teksturnya yang tajam. Umumnya 1 besek dihargai Rp 170 oleh pengepul.
“Seorang pengrajin bisa membuat 30 hingga 40 besek tiap harinya. Tergantung waktu luang yang dimiliki, sebab dari mengrajin saja tak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Setelah terkumpul ratusan atau ribuan besek, baru diambil pengepul untuk dibawa ke pabrik pengolahan ikan pindang di Juana,”tandas dia.
Reporter : Putra Editor : Revan Zaen
Artikel Menengok Kampung Pengrajin Besek Ikan di Jatisari Pati pertama kali tampil pada wartaphoto.net.