Kaligrafi dari Limbah Bambu Bisa Jadi Sumber Rezeki Tambahan Bagi Warga Pati Ini

pada Sabtu, 01 Mei 2021
  • Berita Online

[caption id="attachment_215991" align="alignleft" width="880"] Ahmad Muntasir merangkai limbah bambu menjadi kaligrafi. (MURIANEWS/Cholis Anwar)[/caption] MURIANEWS, Pati - Potongan bambu bekas umumnya dijadikan kayu bakar oleh masyarakat. Apalagi potongan itu nampak sudah tidak dapat digunakan untuk apapun. Tetapi di tangan Ahmad Muntasir, limbah bambu itu pun menjadi karya kaligrafi yang bernilai ekonomi tinggi. Bahkan saat Ramadan ini, dia pun kebanjiran pesanan baik dari Pati sendiri maupun dari luar daerah. Bisa dibilang pesanan naik dua kali lipat dibandingkan hari biasanya. “Permintaan kaligrafi limbah bambu pada bulan puasa ini mengalami peningkatan, bahkan saya harus meluangkan waktu ekstra untuk memenuhi pesanan,” ujar warga Desa Puluhan Tengah, Kecamatan Jakenan, Pati, itu. Awal ketertarikannya mengolah dan memanfaatkan limbah bambu, tidak lain karena keinginannya mendaur ulang benda yang dianggap tidak berguna oleh orang lain. Hingga pada tiga tahun lalu, ia memantabkan diri untuk membuat kaligrafi dari limbah bambu. Lumrahnya, seni kaligrafi terbuat dari media kertas dan dikuas dengan cat atau tinta. “Saya kan hobi membuat kaligrafi, nah melihat banyaknya ranting bambu di sekitar rumah, saya punya ide untuk mencoba membuat kaligrafi dari limbah bambu,” turutnya. Setelah memunculkan satu karya berlafaz Allah dan Muhammad, ia pun memberanikan diri untuk mengunggah di salah satu grup media sosial (Medsos) Facebook, saat itu. Tak disangka, respon netizen sangat baik, bahkan banyak yang tertarik untuk memesan karyanya. “Untuk ukuran terkecil dengan tingkat kesulitan mudah saya jual Rp 50.000. Sementara yang cukup rumit dan besar, ya ratusan ribu rupiah,” imbuh bapak satu orang anak itu. Muntasir mengaku, hanya menerima pesanan karena sebagai usaha sampingan. Mengingat dalam kesehariannya, pria berusia 31 tahun ini bekerja di salah satu toko onderdil di Kecamatan Juwana. “Paling banyak by order, saya enggak nyetok. Kalau ada pesanan baru saya buatkan. Soalnya kalau siang kan kerja di toko,” jelasnya. Dikatakannya, untuk mendapatkan limbah bambu sebagai bahan utama, ia tidak mengalami kesulitan. Mengingat, dalam jarak 200 meter dari rumahnya terdapat kebun bambu. Ia biasa mencari di sana. Sedangkan untuk limbah kayu yang digunakan sebagi background, ia dapatkan dari potongan kayu bakar. Proses pembuatan kaligrafi limbah bambu ini, terbilang cukup sederhana. Awalnya bambu dipotong menggunakan gergaji sesuai ukuran. Selanjutnya potongan-potongan bambu diamplas, lalu dirangkai sedemikian rupa di media kayu, dan direkatkan dengan lem kayu. Sesudah itu, diangin-anginkan sehingga lem merekat kuat. Tidak berhenti di situ, produk setengah jadi tersebut, selanjutnya disemprot agar mengkilat dan dihias sedemikian rupa. “Saya tidak mengecat karena akan menghilangkan tekstur asli bambu. Di sini saya menggunakan bambu apus karena kekuatannya,” pungkasnya.   Reporter:  Cholis Anwar Editor: Ali Muntoha