Seputarmuria.com, PATI – Beberapa hari memasuki bulan Ramadan, salah satu produsen jajanan tradisional di Kabupaten Pati, mulai mengalami peningkatan pesanan. Bahkan permintaan pesanan dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) itu meningkat hingga 3 kali lipat dibandingkan dengan hari biasa.
Salah satu produsen jajanan tradisional, Muhamad Hadi mengungkapkan bahwa dirinya kuwalahan menerima tingginya pesanan kue tradisional produksi rumahan miliknya. Bahkan ia dan karyawannya harus bekerja ekstra untuk memenuhi permintaan pasar.
“Mulai menjelang Ramadan dan biasanya nanti pas hari raya. Ya kita istilahnya kuras tenaga sebab permintaan 2-3 kali lipat. Kalau tidak kita atur, bisa lebih dari itu,” ujar pria beralamat di Desa Pagerharjo RT 01/RW 03 Kecamatan Wedarijaksa.
Meskipun saat ini masih pandemi Covid-19, hal tersebut tidak berpengaruh pada bisnis jajanan tradisional. Hal ini lantaran jajanan tradisional, sebagai pelengkap untuk hajatan dalam budaya masyarakat.
Apabila biasanya bisa memproduksi kue wingko 40 kilogram. Kemudian wajik, jenang, dan madu mongso masing-masing 8 kilogram. Namun saat Ramadan ia mampu memproduksi wingko 70 kilogram, jenang 15 kilogram, wajik 20 kilogram, dan madu mongso seberat 10 kilogram.
Harganya jajanan tradisional ini pun cukup terjangkau, untuk setiap kemasan ia membandrolnya antara Rp800-1.000 tergantung jenis kuenya. Adapun peningkatan tersebut karena banyak acara hajat, seperti nikahan, panen, dan megengan. Terlebih nanti mendekati hari raya.
Dengan tinggi jumlah pesanan tersebut, ia pun harus merelakan waktu berangkat lebih pagi untuk mendistribusikan jajanan produksinya. Termasuk membeli bahan baku, dan mengolahnya.
Tiap jenis jajanan diolah pada pukul 10.00 WIB, selepas ia mengantarkan jajanan ke bakul. Semua prosesnya secara tradisional dengan menggunakan kayu bakar. Setelah semua jajanan matang pada sore harinya, dilanjutkan proses pengemasan malam itu juga.
Selain itu, tiap jajanan yang dibuatnya memiliki masa kadaluwarsa yang berbeda. Sebab dalam semua prosesnya, tidak menggunakan bahan pengawet. Semuanya menggunakan bahan alami.
“Kalau wingko bisa tahan sampai 3 pekan. Sementara wajik 2-4 hari, bubur tuo (jenang/dodol) sepekan. Yang paling tahan lama itu Madu Mongso bisa sampai 2-3 bulan lamanya,” terangnya.
Sebagian besar didominasi pasar lokal di Kabupaten Pati. Pada tiga tahun lalu, ia mengaku sempat merambah ke Kabupaten Rembang. Lantaran keterbatasan tenaga produksi dan pengiriman, ia pun menghentikannya.
“Paling Pasar Runting, Gowangsan, Karaban, Kayen, Pasar Wegil. Dulu pernah sampai Kabupaten Rembang masuk Pasar Lasem, Sluke, Kragan, Pandangan, dan Sarang. Karena kejauhan tidak kita lanjut, keterbatasan tenaga,” bebernya.
Hadi mengaku telah menggeluti dunia jajanan tradisional sejak tahun 2012. Awalnya ia hanya memproduksi kue wingko saja, lambat laun dicobanya untuk membuat kue tradisional lain.
“Habis dari Pesantren Lirboyo Kediri. Bingung cari kerja, akhirnya ikut orang kerja 2 bulan. Setelah itu coba kerja sendiri buat jajanan tradisional, 2 tahun pertama buat wingko, berkembang buat jenang, dan macem-macem,” pungkasnya. (Er)
The post Produsen Jajanan Tradisional Mulai Banjir Pesanan appeared first on Seputar Muria.