Seputarmuria.com, PATI – Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Pati didorong untuk bekerja sama dan mengintegrasikan diri dengan para pelaku industri pariwisata.
Hal tersebut tercuat pada kegiatan Sosialisasi Peta Potensi dan Pemberdayaan UMKM Kabupaten Pati di Aula Gitrary Perdana Hotel, Selasa (30/3/2021), oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Pati.
Hadir dua pembicara yakni Kasi Pengelolaan Daya Tarik Wisata pada Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Pati Kunardi serta Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pati Krisno.
Kunardi mengatakan, pihaknya akan mengolaborasikan para pelaku UMKM dengan pelaku industri pariwisata. Bidang pariwisata ini bukan hanya tempat pariwisata, melainkan semua yang terlibat dalam industri ini, mulai dari hotel, restoran, rumah makan, daya tarik wisata, hingga seluruh desa wisata.
“Sektor pariwisata merupakan pasar yang potensial bagi pelaku UMKM Pati. Namun, selama ini sektor UMKM dan pariwisata kurang koordinasi”, ujarnya.
Sedangkan empat desa wisata yang telah diresmikan Bupati Pati Haryanto juga merupakan pasar potensial yang harus dimanfaatkan pelaku UMKM. Keempat desa wisata tersebut yakni Desa Talun Kecamatan Kayen, Desa Tunggulsari Kecamatan Tayu, Desa Bageng Kecamatan Gembong, dan Desa Jrahi Kecamatan Gunungwungkal.
“Pesan saya, kalau masuk sektor pariwisata, hal pertama yang harus diperhatikan adalah packaging. Kemasan itu nomor satu, harus bagus, harus menarik. Itu bisa meningkatkan harga juga. Saya contohkan tadi, keripik seharga Rp 11 ribu, kalau sudah masuk hotel atau restoran tentu harganya akan naik. Sehingga keuntungan bisa maksimal,” jelasnya.
Senada, Ketua Pokdarwis Pati Krisno mengatakan, pemetaan potensi UMKM pertama kali bisa dimulai dari objek wisata. Menurutnya, pariwisata merupakan lahan bagus untuk produk UMKM kuliner maupun cinderamata.
“Kita satukan untuk UMKM masuknya di objek wisata. Karena wisata itu bisa mendongkrak perekonomian. Seperti di Bali, mulai biro jasa, perhotelan, suvenir, kuliner, itu berada di wisata. Pati harus kita buat seperti ini supaya ada perubahan. Teman-teman UMKM harus inovatif,” kata dia.
Salah satu peserta, yaitu Munawwaroh, pelaku UMKM asal Gembong. Produk yang ia hasilkan ialah kopi bubuk aroma nangka dan bumbu siap pakai tanpa mecin yang ia labeli merek “Moena”.
Dia menekuni usaha ini sejak 2010. Selama ini, diakuinya ia hanya menjual produknya pada para kenalan dan masyarakat di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.
“Saya harap produk saya ini bisa berkembang, setelah tadi dikasih sosialisasi untuk memperkenalkan produk di tempat pariwisata, hotel, dan lain-lain,” tandasnya. (Er)
The post Pelaku UMKM Didorong Bersinergi dengan Pelaku Pariwisata appeared first on Seputar Muria.