Gus Ubaid : Guru, Penulis dan Perlawanan

pada Kamis, 18 Juni 2020
  • Berita Online

Rembang, Mitrapost.com – Di area Pamotan, tempat Njumput, Sidorejo ada kiai yang cukup aktif dalam memperjuangkan kelestarian lingkungan dan banyak mendampingi masyarakat. Beliau bernama Ubaidillah Ahmad atau lebih di kenal dengan Gus Ubaid.

Beliau merupakan keturunan kiai besar di daerah Pamotan maupun kalangan NU, yakni KH Tamamuddin Munji pengasuh Ponpes Al Falah, Njumput, Pamotan.

Dilahirkan pada atmosfir cendikiawan muslim, Gus Ubaid muda menghabiskan waktunya belajar di perguruan islam di Semarang, yakni IAIN Walisongo yang sekarang menjadi UIN. Selain menekuni kitab kuning, di sana Gus Ubaid diantar pada altarium keilmuan yang tidak berasal dari dunia timur, melainkan juga dunia barat.

Selain melalui buku-buku, Gus Ubaid berkembang menjadi pemuda yang mampu membaca kondisi negara dengan baik.

“Saya itu termasuk perlawan orde baru” tuturnya pada Mitrapost.com pada Kamis (18/06/20).

Baca juga : Sosok KH Nur Rohmat dimata Putranya

Beliau menuturkan pada era akhir 90-an Indonesia memang dalam kondisi melawan orde baru yang dipimpin oleh pak Soeharto.

“Bicara orde baru tidak bisa bicara satu-dua, ini meliputi semua.  Sebab sistem ini banyak merugikan banyak pihak. Modelnya dia republik tapi di dalamnya kerjaan. Sistem Itu hanya menguntungkan sebagian orang.” Ujarnya.

Alasan itulah yang membangun Gus Ubaid menjadi mahasiwa yang ikut berjuang.  Ditambah lagi,  orde baru membuat beberapa gerak kiai terutama NU terbatasi dalam melakukan dakwah.

“Betapa repotnya abah saya itu saat ceramah. harus menempuh ijin ke sana ke mari.  Bahkan pernah ceramah itu diturunkan. Beberapa menerima beberapa tidak.” imbuhnya.

Latar belakang itulah yang pada akhirnya membangun Gus Ubaid sekarang menjadi pendamping masyarakat dan cenderung kritis terhadap pemerintah.

Hal itu dibuktikannya dengan menerbitkan buku Suluk Kiayi Cibolek pada tahun 2014 sepulang dari Sytne University.

“Suluk Kiai Cibolek itu termasuk buku terbaik menurut IKAPI pada tahun 2016. Dan saya di luar dugaan itu termasuk buku terbaik se-Indonesia. ”

Baca juga : Niken Rochayati, Sosok Hakim Cantik Seabreg Tugas Segudang Prestasi

Buku Kiai Cebolek sendiri membahas ajaran Mbah kiai Mutamakin, tokoh fenomenal dalam gerakan sejarah Indonesia pada era sebelum kemerdekaan, tepatnya pada Kerajaan Kartosoeryo.

Selain itu pada beberapa kesempatan Gus Ubaid juga tergabung dan mendampingi gerakan Kendeng dalam menolak pabrik semen. Perjalanan pendampingan inilah yang beliau tuangkan dalam buku Islam Geger Kendeng pada tahun 2016.

“Buku ini dampak dari gerakan perlawanan terhadap kapitalisme global yang dikembangkan di Rembang ini.  Dan saya berada di sana.  Mendampingi masyarakat. Masak kalau ada motor ditabrak mobil yang disalahkan mobilnya.” Jelasnya.

Refleksi-refleksi pendamping itulah yang kemudian disusun oleh Gus Ubaid menjadi sebuah buku. Tidak berbeda jauh dengan buku sebelumnya, buku ini menuai sukses dan menjadi best seller pada waktu itu. Hasil penjualannya sekitar 3 sampai 4 ribu copy.

Untuk selanjutnya Gus Ubaid merencakan buku ketiganya tentang pemikiran Gus Dur. Selain itu Gus Ubaid sedang sibuk mengasuh pondok assuffah institut dan menjadi dosen di UIN Walisongo. (*)

Baca juga : 

Lahan Tani Menyempit Karena Penambangan, Pemuda Asal Sale Pilih Bisnis Hidroponik Pawone Mak Aty, Inovasi Jajanan Tradisonal di Rembang

 

Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, instagram, dan twitter

Redaktur : Dwifa Okta

The post Gus Ubaid : Guru, Penulis dan Perlawanan appeared first on Mitrapost.com - Portal Media Online Terupdate di Eks-Karesidenan Pati & Kota Semarang.