Artsotika 2, Merawat Muria di Kawasan Hutan Pinus Gunungsari Tlogowungu

pada Minggu, 27 Desember 2020
  • Berita Online

WARTAPHOTO.NET. TLOGOWUNGU – Demi menjaga kelestarian Gunung Muria, telah berlangsung kegiatan Artsotika Muria 2. Lokasi yang dipilih adalah di kawasan hutan pinus, Dukuh Pangonan, Desa Gunungsari, Kecamatan Tlogowungu Pati, (27/12/2020). Kegiatan, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Adapun kegiatan itu meliputi Melukis on the spot, parade penyair Muria, tanam pohon, orasi budaya, sarasehan budaya dengan menghadirkan seorang sejarawan Pati Djoko Wahyono, dan Moch Widjanarko dari Muria Research Center (MRC) Indonesia. Selain itu, juga terdapat penampilan wayang kali, dan perform art dari komunitas seni Samar.

“Pada dasarnya Artsotika Muria adalah suatu gerakan yang bertujuan untuk menjaga kelestarian gunung Muria. Kelestarian bukan semata dalam lingkup keanekaragaman hayati atau Flora dan Fauna saja. Selain ekologinya, yang meliputi sumber atau mata air, tanah dan bebatuan, di lereng-lereng gunung Muria masih didapati beberapa peninggalan sejarah atau situs. Sebut saja candi Bubrah, Watu Payon, Pomahan Ajar dan sejenisnya,” kata Widyo Babahe Leksono, salah satu penguri-uri kelestarian Muria.

Agar tetap terjaga kelestariannya, beberapa elemen masyarakat, diwilayah Pati, Kudus dan Jepara, yang meliputi kelompok pecinta alam dan lingkungan, karang taruna, seniman, budayawan, sejarahwan, komunitas literasi, bergotong royong berinisiasi untuk membuat ruang pergerakan.

Melangkah tahun ke dua ini, ajang Artsotika Muria, terasa berat melangkahkan niat, bagi sedulur-sedulur pecinta Muria. Masa Pandemi lah yang mendasari. Semangat menggeliat lagi, ketika ada kabar bahwa kawasan Muria, ditetapkan sebagai Cagar Biosfer oleh Unesco, pada 28 Oktober 2020. Visi dan misi banyak kesamaan dengan apa yang telah dilakukan oleh para pecinta Muria. Menjaga kelestarian hayati di gunung Muria.

“Artsotika Muria jilid 2,  bertemakan, “memayu gunung turu,” sebagai langkah lanjut dari kegiatan sebelumnya.  Berharap dalam kegiatan kali kedua, keterlibatan masyarakat setempat, lebih meningkatkan kecintaannya pada kelestarian lingkungannya. Minimalnya mengedukasi kepada masyarakat tidak menebang pohon lindung,” lanjut  Widyo Babahe.

Artsotika Muria 2 juga disikapi sebagai titik awal guna mengawal sejauh mana keseriusan Pemerintah dan masyarakat, dalam hal memelihara kelestarian alam Muria. Persoalan yang paling berat adalah pengeboran tanah, galian C, dan penebangan liar. Belum lagi perburuan satwa. “Tangeh nganggo lamun,” kata pepatah jawa. Mustahil persoalan itu terselesaikan, jika tidak ada kesinergian, kebersamaan dan kegotongroyongan di semua pihak.

“Kegiatan ini berangkat dari kegelisahan teman-teman berkaitan soal konservasi atau kelestarian alam, lebih spesifik adalah Muria. Di sini kita merapatkan barisan saling komunikasi, kerjasama, bersama sama menjaga Muria agar tetap lestari,” kata Widyo Babahe Leksono, salah satu penguri-uri kelestarian Muria.

Pria yang kerap disapa Babahe ini mengatakan, karena tahun ini cuacanya tidak menentu, sehingga untuk meminimalisir risiko, maka dititik beratkan pada penanaman.

“Kita tanam 100 pohon lebih. Kita tidak ngoyoworo (berlebihan), seribu pohon,  sepuluh ribu pohon, namun setelah penanaman terus kita tinggal. Namun kita meminimaliskan, sepuluh pohon pun juga tidak masalah asal tetap nandur dan ngerumat (menanam dan merawat). Kita kerjasama dengan warga setempat untuk saling merawat,” jelas dia.

Babahe menjelaskan, ada beberapa kegiatan pada tahun ke dua ini. Selain tanam pohon, ada juga para seniman yang turut tampil pada kegiatan itu.

“Mereka (seniman) mengekspresikan, karena ini hutan adalah milik kita bersama, mari kita rawat bersama. Tunjukkan dan saling ekspresikan kecintaan mereka terhadap lingkungan. Tadi ada perform art, semuanya spontan,” kata dia.

Tanpa Kepanitiaan

Babahe menyebut, tidak ada kepanitiaan dalam kegiatan tersebut. Keseluruhan, dilakukan secara gotong-royong.

“Di sini tidak ada panitia, kita saling serentak. Kita berkabar di medsos dan titik temu di sini, dan melakukan kegiatan untuk Muria. Kita gayung bersambut. Paradigma seperti ketua panitia dan sebagainya, ini mencoba kita bongkar, kita ingin mengunggah seperti apa yang dilakukan nenek moyang, apa yang namanya gotong royong,” tegas dia.

Sementara itu, pengelola Hutan Pinus Gunungsari, Waharto mengatakan,  pihaknya mengucapkan terimakasih kepada teman-teman Artsotika 2 sebab sudah peduli dengan lingkungan di wilayahnya.

“Karena tadi juga ada penanaman di sini. Semoga acara ini dapat bermanfaat khususnya buat warga Gunungsari. Karena selain konservasi, kita selaku pengelola dibantu mengiklankan, bahwa di lereng muria ini ada wisata hutan pinus yang notabene kawasan ini termasuk wilayah yang terluas di kawasan lereng muria,” jelas pria yang juga selaku ketua BUMDes Gunungsari ini.

Adanya penanaman itu, lanjut dia, sebisa mungkin pihaknya akan mengelola pepohonan yang telah ditanam tersebut.

“Karena 10 tahun terakhir ini setiap kemarau, kami cukup kesulitan air. Semoga nanti dengan adanya perhatian ini, semoga mata air di sini dapat bertahan dan melimpah,” tandas dia.

Reporter : Putra Editor : Revan Zaen

Artikel Artsotika 2, Merawat Muria di Kawasan Hutan Pinus Gunungsari Tlogowungu pertama kali tampil pada wartaphoto.