WARTAPHOTO.net. PATI – Di balik pagar rumah sederhana di Desa Pekalongan, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati, tersimpan kisah inspiratif tentang pendidikan dan ketahanan pangan. Lailatul Fitriyah, Kepala Madrasah Aliyah (MA) Tarbiyatul Banin, menyulap kebun sempit di belakang rumahnya menjadi laboratorium hidup yang memadukan ilmu sains, teknologi, dan nilai-nilai kehidupan.
Setiap pagi, Lailatul merawat deretan polibag berisi pakcoy, kacang panjang, mentimun, dan labu. Di sudut lain, kandang bebek berdampingan dengan instalasi hidroponik sederhana. Semua limbah dapur diolah menjadi pupuk organik cair dan padat, menciptakan siklus pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan. Dengan kebun kecil itu, ia membuktikan bahwa lahan terbatas bukan halangan untuk berinovasi dalam ketahanan pangan.
“Saya ingin membuktikan, lahan sempit bukan halangan untuk mandiri pangan. Dengan teknik hidroponik dan integrasi limbah organik, pekarangan bisa menjadi sumber pangan sehat sekaligus tempat belajar sains terapan,” ujar Lailatul, pada (8/7/2025)
Kandang bebek berdampingan dengan instalasi hidroponik sederhana. Foto: dok untuk wartaphoto.netKebun ini tak hanya menopang kebutuhan pangan keluarga, tetapi juga menjadi tempat riset ilmiah siswa. Tahun ini, di bawah bimbingan Lailatul Fitriyah dan guru sosiologi Alfiyatur Rohmah, siswa MA Tarbiyatul Banin berhasil lolos seleksi Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI). Mereka mengusung proyek bertajuk “Kandang Hidroponik Berkelanjutan” yang memadukan budidaya sayuran dan ternak bebek, pengolahan limbah menjadi pupuk, hingga pencatatan data pertumbuhan dan produktivitas secara sistematis.
“Melalui riset ini, siswa belajar langsung mengumpulkan data, menganalisis hasil, dan mencari solusi nyata bagi ketahanan pangan keluarga. Kebun belakang rumah menjadi ruang belajar yang sesungguhnya, di mana ilmu pengetahuan dan akhlak mulia berjalan beriringan,” tambahnya.
Pendekatan pembelajaran di MA Tarbiyatul Banin memang berbasis proyek. Setiap kegiatan dirancang agar siswa terlibat sejak perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Proyek-proyek seperti kebun hidroponik ini tidak hanya mengasah pengetahuan ilmiah dan keterampilan praktis siswa, tetapi juga membentuk karakter, tanggung jawab, serta kepedulian sosial dan lingkungan. Nilai-nilai kejujuran, kerja sama, dan kepedulian menjadi fondasi dalam setiap proses belajar.
Namun, Lailatul menyadari tidak semua warga desa memiliki lahan, waktu, atau pengetahuan untuk menerapkan model ini secara langsung. “Perlu edukasi dan pendampingan agar praktik seperti ini bisa menyebar luas. Kalau tidak, hanya akan jadi contoh kecil yang sulit direplikasi,” tuturnya. Ia berharap pemerintah desa lebih aktif dalam memberikan pelatihan, bantuan bibit, dan dukungan pemasaran hasil panen agar semangat kemandirian pangan ini bisa meluas.
Di MA Tarbiyatul Banin , setiap siswa berkesempatan mengembangkan potensi terbaiknya, baik di bidang akademik maupun karakter. Kebun belakang rumah kepala sekolah hanyalah satu bukti nyata bahwa pembelajaran di MA Tarbiyatul Banin bukan sekadar teori, tetapi aksi dan keteladanan. MA Tarbiyatul Banin selalu membuka kesempatan bagi siswa baru yang ingin belajar dengan cara berbeda, lebih nyata, membumi, dan bermakna.
Reporter: Revan
Editor: A. Muhammad